Review: Jejak Cinta (2018)


Info Film

Genre : Drama
Durasi : 100 Menit
Sensor Usia : 13 Tahun Ke Atas
Produser : Jimmy E Alwy D
Sutradara : Tarmizi Abka
Penulis : Faozan Rizal
Pemeran : Baim Wong, Prisia Nasution
Tanggal Edar : Kamis, 6 September 2018
Warna : Warna



Trailer




Sinopsis

Film "Jejak Cinta" ini menceritakan tentang kehidupan seorang desainer batik bernama Maryana (diperankan oleh Prisia Nasution). Suatu hari, Maryana melakukan riset di Singkawang untuk mencari motif batik asli dari tanah kelahirannya. Saat risetnya itu, ia bertemu dengan sahabat lamanya Wina, yang membuatnya bertemu dengan Hasan (diperankan oleh Baim Wong), yang merupakan seorang guru yang kemudian menjadi suaminya.

Pernikahan antara Maryana dan Hasan menemui konflik saat Sarah (diperankan oleh Della Wulan Astreani) yang menelpon untuk meminta tolong ke Hasan. Hasan merasa tidak enak dengan keluarga Sarah yang dulu pernah membantunya. Hal ini yang kemudian membuat Maryana salah paham, terlebih ketika ada telpon dari rumah sakit yang mengatakan bahwa istri Hasan akan melahirkan.

Masalah yang dihadapi Maryana tidak hanya itu, ia termyata juga mengidap kanker. Karena ketakutan akan kanker dan rasa marahnya pada Hasan, yang membuatnya memilih untuk meninggalkan Hasan. Hasan kemudian berusaha untuk mengejar istrinya, namun di tengah jalan ia ditabrak oleh Toni (diperankan oleh Freddy Su), pacar Sarah. Karena kecelakaan itu, Hasan kemudian dilarikan ke rumah sakit.

Di rumah sakit tempat Hasan dirawat, ayah Sarah, Hendrawan (diperankan oleh Mathias Muchus) kemudian menjelaskan bahwa Hasan adalah penyelamat keluarganya. Maryana merasa bersalah karena menuduh suaminya macam-macam. Ia menangis dan memeluk Hasan yang masih koma.



Kelebihan

Film "Jejak Cinta" ini berhasil menyajikan tampilan yang menarik, apalagi dengan mengangkat pesona dari kota Singkawang. Tidak hanya itu, film ini juga mengangkat pula batik khas Singkawang yakni batik Tidayu (Tionghoa Dayak Melayu). Hal ini terbukti dari beberapa adegan yang menampilkan para pemerannya mengenakan batik Tidayu.

Tidak hanya menampilkan pesona budaya Singkawang saja, film ini juga mengandung pesan mendalam tentang kesehatan. Hal ini terbukti dari beberapa adegan yang menggambarkan tentang perlunya menjaga kesehatan agar terhindar dari kanker serviks.

Tema yang diangkat dalam film "Jejak Cinta" ini selaras dengan pembawaan karakter dari para pemeran di dalamnya. Hal ini juga diperkuat dengan adanya latar tempat dan latar suara yang pas. Latar suara yang disajikan dalam film ini mampu menggambarkan secara detail suasana dalam film sehingga bisa pula dirasakan oleh para penonton.



Kelemahan

Kisah cinta yang digambarkan dalam film ini agak rumit. Tak hanya itu, konflik yang dihadirkan sangat kompleks. Hal ini membuat para penonton perlu mencerna alur film ini dengan sangat hati-hati karena alur ceritanya tergolong susah untuk dipahami para penonton. Terlebih lagi, bagian penutup film yang terkesan ngambang dan kurang jelas.



Rating

Cerita: 6,5 | Penokohan: 7,5 | Visual: 7,5 | Sound Effect: 7 | Penyutradaraan: 7,5 | Nilai Akhir: 7,2/10



Rekomendasi

Film "Jejak Cinta" ini patut ditonton oleh semua kalangan masyarakat diatas usia 13 tahun. Walaupun alur ceritanya terkesan agak susah untuk dipahami, namun pesona kota Singkawang dan tema kanker serviks yang diangkat perlu untuk diperhatikan.

Terlepas dari alur cerita film ini, penokohan para pemeran sudah baik. Ditambah lagi dengan latar suara yang disajikan dalam film ini, sangat pas untuk menggambarkan secara detail suasana di dalamnya.


EmoticonEmoticon