Review: Kulari ke Pantai (2018)



Info Film

Genre : Drama, Anak-Anak
Durasi : 113 menit
Sensor Usia : Semua Umur
Produser : Mira Lesmana
Sutradara : Riri Riza
Penulis : Gina S Noer, Mira Lesmana, Riri Riza, Arie Kriting
Pemeran : Maisha Kanna, Lil’li Latisha, Marsha Timothy
Tanggal Edar : Kamis, 28 Juni 2018
Warna : Warna



Trailer




Sinopsis

Film "Ku Lari ke Pantai" ini menceritakan tentang tokoh Sam (diperankan Maisha Kanna) yang merupakan anak pantai asal pulau Rote, Nusa Tenggara Timur bersama ibunya, Uci (diperankan Marsha Timothy).  Keduanya berencana melakukan perjalanan darat untuk menemui surfer idola Sam di pantai G-Land, Banyuwangi. Namun, sebelum melakukan perjalanan itu, Sam dan Uci terlebih dahulu melakukan kumpul keluarga di Jakarta.

Di Jakarta, Sam bertemu dengan sepupunya, Happy (diperankan Lil’li Latisha). Saat kumpul keluarga di Jakarta itu, Happy ternyata berulah. Kejadian ini terjadi tepat sehari sebelum keberangkan Sam ke pantai G-Land. Happy merendahkan dan meledek Sam di depan banyak orang. Ibu Happy, Kirana (diperankan Karina Suwandi) akhirnya meminta Happy agar ikut bersama Sam dan ibu Uci. Ide ini muncul agar Happy bisa lebih mengenal sekaligus menghargai sepupunya dengan baik.

Perbedaan latar belakang kehidupan Sam dan Happy ini menjadikan perjalanan darat itu menjadi penuh tantangan. Berbagai situasi terjadi tidak sesuai dengan rencana. Dalam perjalanan itu, mereka bertemu dengan berbagai karakter lucu dan unik yang tak terduga.



Kelebihan

Film ini seakan menyegarkan kembali dunia perfilman Indonesia, dengan kisah anak-anak yang sesuai dengan realita. Dalam film ini, penonton akan dibawa menuju ke dunia anak-anak dengan sudut pandang anak-anak. Film "Kulari Ke Pantai" ini mampu mengemas potret kehidupan anak-anak masa kini, dengan lebih relevan dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang timbul juga merupakan permasalahan yang dekat dengan realita anak-anak. Alur cerita yang dibawakan ringan namun sarat akan makna hidup. Selain itu, penonton juga dibuat terkesima oleh pemandangan indah selama perjalanan mereka.



Kelemahan

Film ini dari segi cerita sangat menarik dan penampilan yang dibawakan oleh tokoh-tokohnya sangat alami sekali. Hal yang mungkin menjadi kekurangan film ini adalah sudut pandang gender. Terlalu berkutat pada sudut pandang permasalahan anak perempuan, jadi kurang begitu pas bagi anak laki-laki.

Dengan segala eksekusi yang baik dan cerita yang kuat, rasanya sulit mencari kelemahan film ini. Tetapi yang saya rasakan saat film berakhir adalah, bahwa film ini akan sangat relate ke anak-anak perempuan, tetapi bisa jadi kurang sesuai untuk anak laki-laki.



Rating

8.5/10



Rekomendasi

Menurut saya, film ini wajib ditonton oleh seluruh keluarga di Indonesia. Pesan moral yang terdapat di dalamnya menjadikan film ini patut dijadikan bahan edukasi bagi anak-anak. Agar anak-anak tidak lagi meremehkan sebayanya dan menghilangkan egosentris antara kampung atau kota. Selain itu, film ini juga mengajarkan untuk senantiasa menghargai segala kekayaan alam Indonesia, yang tertuang dalam bentuk pemandangan-pemandangan alam yang indah.

Kualitas aktor secara keseluruhan utamanya aktor pemeran anak-anak disini sangat bagus. Selain itu, film ini berhasil memperlihatkan kehidupan anak-anak dengan sudut pandang mereka. Jadi, pesan film ini mampu dimengerti oleh penonton anak-anak.

Bagi penonton kalangan dewasa, film ini menjadi film nostalgia ke masa kanak-kanak dahulu. Selain itu, film ini bisa dijadikan referensi bagi para orang tua maupun calon orang tua untuk lebih bisa mengerti kehidupan dunia kanak-kanak.


EmoticonEmoticon